Baterai smartphone memang jadi salah satu hal yang paling diperhatikan saat membeli perangkat baru. Tapi, pernahkah kamu merasa kecewa ketika kapasitas baterai yang tertera di spesifikasi nggak sesuai dengan kenyataan?
Misalnya, smartphone yang seharusnya punya baterai 5.000 mAh malah cepat habis saat digunakan, padahal angkanya cukup besar. Jangan langsung salah paham, ya!
Ternyata, ada banyak faktor teknis yang bisa memengaruhi perbedaan antara kapasitas baterai yang tercantum di spesifikasi dengan performanya di dunia nyata.
Di artikel ini, Jakarta Studio bakal bahas beberapa alasan kenapa hal tersebut bisa terjadi. Supaya kalian juga tidak salah paham dan lebih mengerti di kemudian hari. Yuk, simak lebih lanjut!
Mengenal Kapasitas Tipikal vs Rated

Saat melihat spesifikasi baterai smartphone, kamu pasti sering menemui angka kapasitas yang terkesan besar, seperti 5.000 mAh. Tapi, tahukah kamu kalau kapasitas yang tertera tersebut bukanlah angka yang sebenarnya kamu dapatkan secara langsung saat menggunakan smartphone?
Sebagian besar produsen menggunakan istilah kapasitas tipikal dan rated capacity. Apa maksudnya?
Apa Itu Kapasitas Tipikal?
Kapasitas tipikal adalah angka yang menggambarkan rata-rata kapasitas baterai berdasarkan pengujian beberapa unit di kondisi ideal.
Jadi, angka 5.000 mAh yang tertera di spesifikasi smartphone sebenarnya adalah kapasitas rata-rata yang diukur dalam kondisi yang sangat terkendali, seperti suhu yang stabil dan tanpa aplikasi yang berjalan di latar belakang.
Angka ini seringkali digunakan karena lebih representatif dan aman untuk dipakai dalam pemasaran. Nah, meskipun kapasitas ini terlihat tinggi, kenyataannya bisa berbeda saat kamu mulai menggunakannya.
Apa Itu Rated Capacity?
Lalu, apa sih rated capacity itu? Kalau kapasitas tipikal menggambarkan angka rata-rata, kapasitas rated atau minimum adalah angka kapasitas terendah yang masih memenuhi standar kualitas dari produsen.
Misalnya, pada Samsung Galaxy S24 Ultra yang memiliki baterai 5.000 mAh, angka itu adalah kapasitas tipikal. Namun, kapasitas rated-nya sebenarnya sekitar 4.855 mAh.
Jadi, meskipun angka yang kamu lihat di spesifikasi cukup besar, realitasnya bisa sedikit lebih rendah. Ini bukan penipuan, kok! Melainkan cara produsen untuk memberikan angka yang lebih stabil dan mudah dipahami oleh konsumen.
Toleransi Produksi dan Variasi Setiap Unit

Kamu pasti pernah merasa, kenapa dua smartphone dengan kapasitas baterai yang sama bisa punya daya tahan yang berbeda?
Meskipun keduanya diklaim memiliki baterai 5.000 mAh, kenyataannya daya tahan baterai bisa sangat bervariasi antara satu unit dan unit lainnya. Ini semua berkat faktor yang disebut toleransi produksi.
Variasi Kapasitas Antar Unit Smartphone
Proses pembuatan baterai memang nggak pernah sempurna. Ada banyak faktor kecil yang memengaruhi kapasitas akhir dari baterai, mulai dari perbedaan komposisi bahan yang digunakan, suhu saat produksi, hingga akurasi pengisian elektrolit.
Jadi, meskipun dua unit smartphone memiliki baterai dengan kapasitas yang sama, bisa saja salah satu unit memiliki sedikit kapasitas yang lebih besar atau lebih kecil. Hal ini sangat wajar dan sudah diperhitungkan oleh produsen.
Toleransi yang Diakui dalam Industri
Dalam industri elektronik, toleransi produksi adalah hal yang nggak bisa dihindari. Biasanya, perbedaan kapasitas baterai antara unit yang satu dan lainnya bisa mencapai 3-5%, dan itu masih tergolong normal.
Jadi, kalau kamu merasa kapasitas baterai smartphone kamu sedikit berbeda dari yang tertulis di spesifikasi, jangan langsung khawatir. Ini bukan berarti ada yang salah dengan perangkat kamu.
Tegangan Baterai dan Efisiensi Konversi Energi

Sekarang, mari kita bahas tentang tegangan baterai. Kamu mungkin sering melihat angka kapasitas baterai, seperti 5.000 mAh, tapi tahukah kamu kalau angka tersebut sebenarnya dihitung berdasarkan tegangan nominal baterai yang biasanya 3,7V?
Namun, smartphone beroperasi pada tegangan yang lebih tinggi, biasanya 5V atau lebih. Hal ini tentu memengaruhi efisiensi energi yang dihasilkan.
Pengaruh Tegangan terhadap Kapasitas yang Terlihat
Misalnya, kapasitas baterai 30.000 mAh yang dihitung pada tegangan 3,7V sebenarnya menghasilkan energi sekitar 111 Wh. Namun, saat energi tersebut disalurkan ke perangkat yang beroperasi pada 5V, kapasitas efektif yang digunakan jadi lebih kecil, sekitar 18.000 mAh.
Belum lagi, ada proses konversi energi yang nggak selalu 100% efisien, jadi sebagian energi terbuang begitu saja. Inilah kenapa meskipun kapasitas baterai yang tertera besar, daya yang benar-benar digunakan oleh sistem bisa lebih kecil.
Kondisi Pengujian yang Ideal vs Penggunaan Nyata

Sekarang kita sampai pada poin yang seringkali membuat kita kecewa, yaitu pengujian kapasitas baterai di laboratorium tidak sama dengan penggunaan sehari-hari.
Biasanya, pengujian kapasitas baterai dilakukan dalam kondisi yang sangat terkontrol—suhu stabil, tegangan konstan, dan tanpa aplikasi yang berjalan di latar belakang. Tentu saja, dalam kondisi seperti ini baterai akan menunjukkan performa yang lebih baik.
Perbedaan Pengujian di Laboratorium dan Pemakaian Sehari-hari
Ketika kamu menggunakan smartphone dalam kehidupan sehari-hari, berbagai faktor eksternal seperti kualitas sinyal, kecerahan layar, dan jumlah aplikasi yang aktif akan mempengaruhi seberapa cepat baterai habis.
Misalnya, smartphone dengan refresh rate 120 Hz dan koneksi 4G/5G yang tidak stabil akan mengonsumsi lebih banyak daya daripada yang tertera dalam pengujian laboratorium.
Jadi, jika kamu merasa baterai cepat habis meski sudah menggunakan smartphone dengan kapasitas yang besar, bisa jadi itu karena kondisi penggunaan yang jauh berbeda dari pengujian ideal. Jangan langsung menyalahkan spesifikasi, ya!
Proses Degradasi Baterai

Nah, satu hal yang juga perlu diperhatikan adalah proses degradasi baterai. Seiring waktu dan penggunaan yang terus-menerus, kapasitas baterai smartphone akan berkurang.
Baterai li-ion dan li-polymer—jenis yang umum digunakan di smartphone—memang dirancang untuk bisa menampung energi dalam jumlah besar, tapi seiring banyaknya siklus pengisian daya, kemampuan baterai untuk menyimpan energi pun berkurang.
Pengaruh Degradasi Baterai terhadap Kapasitas
Setelah 1-2 tahun pemakaian, kapasitas baterai yang tadinya 5.000 mAh bisa berkurang hingga 20%, jadi kamu mungkin cuma bisa mendapatkan sekitar 4.000 mAh dari kapasitas awal.
Ini adalah hal yang wajar terjadi, karena reaksi kimia dalam baterai terus berlangsung selama digunakan. Untuk itu, penting untuk memantau kondisi baterai dan menghindari pengisian daya yang ekstrem agar proses degradasi tidak semakin cepat.
Kesimpulan
Setelah membaca penjelasan di atas, kamu pasti paham bahwa perbedaan kapasitas baterai yang tercantum di spesifikasi dan yang dirasakan dalam penggunaan sehari-hari bukanlah bentuk penipuan, melainkan akibat dari berbagai faktor teknis.
Dengan memahami hal-hal tersebut, kamu bisa lebih bijak menilai kapasitas baterai smartphone dan menyesuaikan ekspektasi dengan kenyataan.
Ingat, angka yang tertera di spesifikasi adalah representasi ideal, dan pengalaman pengguna sangat dipengaruhi oleh pola pemakaian sehari-hari.




