Bagi kalian yang baru pindah dari Windows ke Linux, mungkin akan sedikit merasa kebingungan. Apalagi kalau sudah terbiasa dengan aplikasi-aplikasi yang ada di Windows. Kadang, rasanya ada yang hilang karena beberapa aplikasi yang biasa dipakai nggak langsung ada di Linux.
Tapi, jangan khawatir! Sekarang, banyak aplikasi di Linux yang bisa menggantikan aplikasi Windows favorit kamu, bahkan lebih mudah digunakan.
Di artikel ini, Jakarta Studio bakal bahas tujuh aplikasi yang wajib kamu coba setelah beralih ke Linux. Dengan aplikasi-aplikasi berikut, proses transisi jadi jauh lebih mudah, dan kamu tetap bisa produktif serta gampang beradaptasi.
Aplikasi yang Wajib diinstal Setelah Beralih ke Linux
Peralihan dari satu OS ke OS yang lain memang bukan hal yang mudah. Apalagi jika kita sudah terlalu terbiasa dengan OS seperti windows, jika menggunakan OS lain maka pasti akan butuh adaptasi.
Apalagi adaptasi terhadap aplikasi yang berbeda OS juga akan butuh waktu. Dan hal tersebut bisa saja mengganggu waktu produktivitas kita. Nah supaya kalian bisa lebih cepat beradaptasi, maka bisa cek beberapa aplikasi berikut ini.
Flatpak

Salah satu kendala saat beralih ke Linux adalah cara menginstal aplikasi. Bagi banyak pengguna baru, menggunakan Package Manager lewat terminal akan terasa sedikit rumit, apalagi kalau belum terbiasa dengan baris perintah.
Di sinilah Flatpak hadir sebagai solusi yang lebih gampang. Flatpak memungkinkan kamu menginstal berbagai aplikasi dengan cara yang mudah dan mirip dengan toko aplikasi di sistem operasi lain.
Bahkan, beberapa distro Linux sudah menyertakan Flatpak sejak awal, jadi kamu bisa langsung menggunakan aplikasi-aplikasi yang tersedia.
Flatpak juga mendukung hampir semua distro Linux, jadi kamu nggak perlu khawatir kalau kamu menggunakan distro yang kurang populer. =
OnlyOffice

Bagi kamu yang sering menggunakan Microsoft Office di Windows, peralihan ke Linux mungkin membuatmu khawatir kehilangan akses ke aplikasi pengolah kata, spreadsheet, atau presentasi.
Jangan khawatir, OnlyOffice hadir sebagai alternatif yang bisa menggantikannya. Aplikasi ini memiliki tampilan yang mirip dengan Microsoft Office, jadi kamu nggak bisa lebih mudah beradaptasi dengan menu dan fitur yang tersedia.
GIMP

Salah satu aplikasi paling ikonik di Windows adalah Adobe Photoshop, tapi sayangnya, ia tidak tersedia di Linux secara native.
Untungnya, ada GIMP (GNU Image Manipulation Program), aplikasi pengedit gambar yang sangat powerful dan sepenuhnya gratis. GIMP memungkinkan kamu untuk melakukan hampir semua hal yang bisa dilakukan dengan Photoshop.
Meski kalian akan sedikit waktu untuk beradaptasi, terutama jika kamu baru pertama kali menggunakannya, aplikasi ini sangat fleksibel dan memiliki dukungan untuk berbagai plugin yang bisa menambah fungsionalitasnya.
Meskipun belum dilengkapi dengan fitur AI canggih seperti seleksi otomatis objek, ada banyak plugin yang bisa diunduh untuk menambahkan fiturnya.
Inkscape

Jika kamu membutuhkan aplikasi untuk desain grafis vektor, Inkscape bisa jadi opsi terbaik di Linux. Mirip dengan Adobe Illustrator, Inkscape memiliki berbagai fitur untuk membuat karya desain, baik itu poster, logo, atau ilustrasi digital.
Aplikasi ini sepenuhnya berbasis vektor, artinya desain kamu akan tetap tajam meskipun diubah ukurannya.
Inkscape juga sangat ramah pengguna dan mudah dipelajari, terutama jika kamu sudah terbiasa dengan aplikasi desain grafis lainnya.
Tak hanya itu, Inkscape juga mendukung berbagai ekstensi dan plugin, memungkinkan kamu untuk menambahkan lebih banyak fitur sesuai kebutuhan.
Heroic Games Launcher

Banyak orang beranggapan bahwa bermain game di Linux itu sulit, tapi dengan hadirnya Heroic Games Launcher, itu bukan lagi masalah.
Heroic Games Launcher memungkinkan kamu memainkan game dari Epic Games Store, GOG, dan Amazon Prime Games langsung di Linux.
Aplikasi ini menggunakan Wine dan Proton, teknologi yang memungkinkan game Windows berjalan dengan lancar di Linux, mirip seperti cara Steam menjalankan game di Steam Deck.
Impression

Buat kamu yang sering mencoba-coba sistem operasi baru, membuat media bootable adalah kegiatan rutin. Di Windows, kamu mungkin sudah familiar dengan Rufus, yang sudah jadi andalan untuk membuat USB bootable.
Di Linux, juga ada aplikasi serupa bernama Impression. Aplikasi ini memungkinkan kamu untuk membuat media bootable menggunakan file ISO dengan sangat mudah, dan bahkan kamu bisa mengunduh distro Linux langsung untuk dijadikan media bootable di flashdisk.
Wine

Jika kamu masih membutuhkan aplikasi Windows yang tidak ada versi Linux-nya, maka bisa coba Wine. Wine bukanlah emulator, melainkan lapisan kompatibilitas yang menerjemahkan API Windows ke POSIX secara real-time, sehingga aplikasi Windows bisa berjalan di Linux tanpa kendala.
Hal keren dari Wine adalah aplikasi yang dijalankan akan memiliki performa yang lebih baik dibandingkan menjalankannya secara virtual.
Meski Wine tidak selalu 100% kompatibel dengan semua aplikasi Windows, banyak pengguna yang sudah berhasil menjalankan software dan game populer seperti Photoshop versi lama atau Microsoft Office di Linux menggunakan Wine.
Kesimpulan
Dengan aplikasi-aplikasi di atas, beralih ke Linux kini bisa menjadi lebih mudah. Meski awalnya mungkin terasa asing, dengan proses adaptasi yang lebih gampang, kamu bisa tetap produktif. Jadi semoga membantu dan bermanfaat.