Pernahkah kamu melihat berita tentang demonstrasi yang dibubarkan dengan gas air mata? Benda ini memang sering dipakai aparat untuk mengendalikan kerumunan karena efeknya yang cepat membuat orang menjauh.
Tapi, tahukah kamu kalau bahaya gas air mata bisa jauh lebih serius dari sekadar mata perih atau sesak napas sesaat? Faktanya, paparan zat kimia di dalamnya bisa memicu masalah kesehatan jangka panjang, bahkan mengancam nyawa pada kondisi tertentu.
Nah, biar lebih paham, mari kita bahas bersama apa itu gas air mata, bagaimana efeknya bagi tubuh, siapa saja yang paling rentan, serta langkah pertolongan pertama yang penting untuk diketahui.
Apa Itu Gas Air Mata?

Gas air mata sebenarnya bukan gas murni, melainkan bubuk kimia yang disebarkan dalam bentuk kabut atau aerosol. Zat ini dirancang untuk menimbulkan rasa perih, sesak, dan tidak nyaman sehingga orang yang terpapar secara refleks akan menjauh.
Beberapa senyawa yang sering dipakai antara lain Chlorobenzylidenemalononitrile (CS), Chloroacetophenone (CN), Dibenzoxazepine (CR), hingga Chloropicrin (PS).
Fungsi dan Tujuan Penggunaan
Secara umum, gas air mata digunakan aparat keamanan untuk mengendalikan massa saat terjadi kerusuhan atau demonstrasi.
Efeknya diharapkan hanya sementara, namun nyatanya paparan berlebihan bisa memicu dampak serius bagi kesehatan, terutama jika seseorang berada di area tertutup atau memiliki riwayat penyakit tertentu.
Dampak Paparan Gas Air Mata pada Tubuh

Paparan gas air mata bisa menyerang hampir seluruh bagian tubuh, dari mata, saluran pernapasan, hingga kulit. Efeknya memang berbeda-beda pada tiap orang, tapi yang pasti rasa perih dan tidak nyaman langsung terasa. Mari kita lihat lebih detail bagaimana dampaknya pada organ-organ penting.
Efek pada Mata
Bagian pertama yang paling cepat merasakan dampak gas air mata adalah mata. Gejala umum yang sering terjadi meliputi rasa terbakar, perih, gatal, pandangan kabur, hingga refleks menutup kelopak mata.
Jika paparan berlangsung lama atau terjadi pada jarak dekat, risikonya bisa lebih parah, seperti erosi kornea, katarak, pendarahan di area mata, kerusakan saraf optik, bahkan kebutaan permanen.
Efek pada Sistem Pernapasan
Menghirup gas air mata bisa menjadi pengalaman yang sangat menyesakkan. Biasanya, gejala awal berupa batuk kering, tersedak, tenggorokan terasa terbakar, dan sesak napas.
Pada kasus yang lebih berat, paparan bisa menimbulkan produksi lendir berlebih, mual, muntah, diare, hingga gagal napas. Inilah mengapa penderita asma atau PPOK tergolong kelompok paling rentan ketika terpapar zat ini.
Efek pada Kulit
Tak hanya mata dan pernapasan, kulit pun bisa bereaksi keras terhadap gas air mata. Kontak langsung sering menimbulkan ruam merah, gatal, luka bakar ringan, bahkan melepuh.
Pada orang yang kulitnya sensitif atau memiliki alergi, gejala bisa semakin parah dan berlangsung beberapa hari meski paparan sudah berhenti.
Kelompok yang Paling Rentan Terpapar

Tidak semua orang punya respon tubuh yang sama terhadap gas air mata. Ada kelompok tertentu yang jauh lebih berisiko mengalami gejala serius, bahkan komplikasi. Kira-kira siapa yang paling rentan?
Penderita Penyakit Jantung dan Pernapasan
Paparan gas air mata dapat memperburuk kondisi medis yang sudah ada. Bagi penderita penyakit jantung, zat kimia ini bisa meningkatkan detak jantung dan tekanan darah sehingga memicu risiko serangan jantung. Sedangkan penderita gangguan pernapasan berisiko tinggi mengalami sesak hebat hingga gagal napas.
Ibu Hamil dan Bayi dalam Kandungan
Penelitian pada hewan menunjukkan adanya potensi keguguran atau kelainan janin akibat paparan gas air mata. Meski efek serupa pada manusia masih memerlukan penelitian lebih lanjut, hal ini menjadi alasan penting bagi ibu hamil untuk benar-benar menghindari paparan zat kimia berbahaya ini.
Individu dengan Kondisi Khusus
Selain dua kelompok di atas, orang dengan alergi, kulit sensitif, atau sistem imun lemah juga lebih rentan mengalami gejala berat. Paparan singkat sekalipun bisa menyebabkan reaksi yang lebih parah dibandingkan individu dengan kondisi tubuh sehat.
Risiko Tinggi di Ruang Tertutup

Salah satu skenario paling berbahaya adalah ketika gas air mata dilepaskan di ruang tertutup. Ventilasi yang buruk membuat konsentrasi zat kimia bertahan lebih lama dan lebih pekat.
Akibatnya, orang yang terjebak di dalam ruangan akan lebih cepat mengalami sesak, iritasi parah, hingga pingsan. Jika tidak segera ditolong, paparan ini bisa berujung fatal.
Dampak Psikologis yang Sering Terlupakan
Gas air mata tidak hanya menyerang fisik, tetapi juga bisa meninggalkan luka psikologis. Banyak orang yang terpapar dalam situasi mencekam melaporkan gejala mirip Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD).
Misalnya rasa cemas berlebih saat mendengar keributan, mimpi buruk berulang, atau trauma berkepanjangan. Dampak psikologis ini sering luput dari perhatian, padahal sama berbahayanya dengan efek fisik.
Pertolongan Pertama Saat Terpapar Gas Air Mata

Saat tubuh bereaksi karena gas air mata, rasa panik sering membuat orang salah bertindak. Padahal, ada langkah sederhana yang bisa membantu mengurangi dampaknya. Berikut penjelasan lengkapnya.
Langkah Cepat Menyelamatkan Diri
Jika kamu atau orang di sekitar terkena gas air mata, hal pertama yang harus dilakukan adalah menjauh dari sumber gas. Cari area terbuka atau tempat lebih tinggi karena gas biasanya mengendap di bawah. Gunakan masker atau kain basah untuk melindungi hidung dan mulut sementara.
Membersihkan Tubuh dan Pakaian
Segera cuci mata dengan air bersih yang mengalir minimal 15 menit. Lepaskan pakaian yang terkena paparan lalu mandi dengan sabun agar sisa zat kimia hilang. Hindari mengucek mata karena hanya akan memperburuk iritasi.
Kapan Harus Segera ke Dokter?

Jika gejala tidak membaik setelah 24 jam atau malah semakin parah, segera cari pertolongan medis. Hal ini sangat penting bagi orang dengan riwayat asma, PPOK, atau penyakit jantung yang rentan mengalami komplikasi lebih serius.
Kesimpulan
Gas air mata memang dirancang untuk efek sementara, namun bahaya yang ditimbulkannya bisa jauh melampaui itu. Mulai dari iritasi mata, gangguan pernapasan, kerusakan kulit, hingga risiko kematian dalam kasus ekstrem, semuanya nyata adanya. Bahkan, dampak psikologis seperti trauma juga tak boleh diabaikan.
Karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami risiko gas air mata dan mengetahui langkah pertolongan pertama bila terpapar. Di sisi lain, aparat juga perlu bijak dalam penggunaannya agar tidak menimbulkan korban yang tidak perlu.