Kamu pasti pernah lihat file foto di komputer atau HP dengan akhiran .jpg atau .jpeg, lalu bergumam “apakah keduanya sama atau beda?”.
Nah, sebenarnya format gambar ini udah sangat familiar dengan kita. Tapi masih banyak yang belum tahu apa bedanya jpg dan jpeg. Bahkan tidak sedikit yang menganggap keduanya itu sama.
Lantas apa sih bedanya? Lalu mana yang lebih bagus? Nah untuk menjawabnya, berikut kita akan kupas perbandingan kedua format tersebut. Jadi silahkan disimak ya!
Asal usul nama “JPEG”

Kita mulai dari akarnya terlebih dahulu, JPEG itu singkatan dari Joint Photographic Experts Group — sebuah kelompok pakar internasional yang dibentuk untuk membuat standar kompresi gambar digital.
Kelompok ini mulai bekerja di akhir 1980‑an dan akhirnya standar JPEG dipublikasikan pada tahun 1992.
Tujuannya simple tapi penting, yaitu agar gambar digital bisa dikompres agar ukuran file lebih kecil, tanpa menurunkan kualitas secara dramatis.
Jadi ketika kamu melihat format gambar dengan ekstensi .jpeg atau .jpg, kamu sebenarnya melihat hasil dari standar kompresi yang dibuat sejak dekade 1990‑an itu.
Kenapa ada ekstensi “.jpg” dan “.jpeg”
Nah, ini yang sering bikin bingung. Kenapa harus ada format jpeg dan juga jpg. Apa bedanya? Dulu, sistem operasi Windows lama (dan sistem file yang terbatas) hanya mengizinkan ekstensi file dengan tiga huruf saja.
Maka dari itu, meskipun standar aslinya adalah “.jpeg” (4 huruf), ekstensi di Windows lama dipersingkat jadi “.jpg”.
Sementara di sistem operasi lain (macOS, Linux) atau yang lebih modern, “.jpeg” juga tetap digunakan — namun fungsi, dukungan, dan cara kerja format‑nya tetap sama.
Jadi pada dasarnya, kedua ekstensi itu hanya beda di nama saja, bukan kualitas atau fungsi. Format gambar yang memakai kompresi JPEG tetap sama, apakah ditulis .jpg atau .jpeg—keduanya bisa dibuka di banyak software dan sistem operasi.
Persamaan Kompatibilitas

Kalau kita bongkar lebih dalam soal bagaimana “format gambar” JPEG bekerja, algoritma intinya menggunakan yang disebut discrete cosine transform (DCT) untuk mengubah data gambar menjadi bentuk yang bisa dikompres lebih efisien.
Karena proses kompresinya “lossy” — artinya ada sebagian informasi gambar yang memang dihilangkan supaya file jadi lebih kecil — maka ketika kita membandingkan antara .jpg vs .jpeg, kita harus pahami bahwa apa yang memengaruhi kualitas bukan ekstensi‑nya, tapi faktor seperti berapa banyak kompresi yang diterapkan atau seberapa sering gambar disimpan ulang.
Dan yang lebih penting adalah kompatibilitas. Format JPEG (.jpg/.jpeg) hampir diterima di semua OS modern, software editing, platform web dan media sosial.
Di era sekarang, banyak tool otomatis yang tetap mengenali keduanya tanpa masalah. Karena itu, ketika kamu upload foto ke media sosial, atau edit di aplikasi seperti Adobe Photoshop/Lightroom, kamu bisa gunakan .jpg atau .jpeg.
Kesalahpahaman Tentang JPG dan JPEG
Banyak orang mikir “Ah .jpeg pasti lebih baik dari .jpg” atau “JPG cuma versi murahnya”. Namun faktanya, ekstensi .jpg dan .jpeg menggunakan standar yang sama, jadi kualitas secara teknis tidak berbeda jika kita menggunakan setting yang sama.
Jadi kalau kamu lihat dua file, satu berakhir .jpg dan satu .jpeg, dan gambarnya terlihat sama—ya memang itu faktanya, ekstensi beda, tapi isi sama.
Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Gambar

Seperti yang sudah disebutkan diatas, baik format JPG maupun JPEG itu sama, hanya beda penulisan ekstensi saja. Dari segi kualitas juga tidak berbeda. Di sisi lain, ada banyak faktor yang menentukan kualitas gambar bukan dari formatnya, antara lain:
Tingkat kompresi
Semakin tinggi kompresi lossy yang diterapkan, semakin banyak data gambar yang ‘dibuang’, sehingga bisa muncul artefak (visual kebisingan, blur kecil) di gambar.
Penyimpanan Berulang
Kalau coba edit dan save ulang gambar JPEG beberapa kali, kualitas bisa turun karena tiap save mungkin menerapkan kompresi lagi.
Jenis Gambar
Gambar dengan gradien halus (misalnya foto pemandangan, potret) cenderung cocok dengan JPEG/kompresi lossy. Tapi kalau gambar itu punya teks kecil, ilustrasi garis tajam, atau butuh latar transparan— maka format yang lain bisa lebih optimal.
Kelebihan & Kekurangan Format JPG/JPEG

Format yang satu ini juga punya beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain :
Keunggulan Format JPG/JPEG
- Ukuran file relatif kecil karena kompresi lossy, sehingga memudahkan untuk penyimpanan massal atau upload ke web.
- Dukungan luas, hampir semua perangkat (smartphone, kamera digital, laptop), software (editing, viewers) dan platform online menerima .jpg/.jpeg.
- Cocok banget untuk foto digital berwarna penuh dengan gradasi kompleks—misalnya momen liburan, selfie, atau potret alam.
Kelemahan Format JPG/JPEG
- Tidak mendukung transparansi (tidak ada kanal alpha) – jika kamu butuh background transparan (contoh: logo, ikon), maka format seperti PNG lebih cocok.
- Karena sifat kompresinya “lossy”, jika file tersebut akan diedit banyak kali, atau punya detail tajam (garis tipis, teks kecil) maka hasilnya bisa sedikit blur atau artefak muncul.
- Untuk penggunaan desain grafis profesional, atau gambar yang akan dicetak sangat besar, mungkin format yang loss‑less atau tanpa kompresi lebih cocok.
Kesimpulan
Jadi bisa disimpulkan bahwa ekstensi .jpg dan .jpeg itu dua nama untuk hal yang sama dari format gambar JPEG yang pakai kompresi lossy. Perbedaan hanyalah di tulisan ekstensi, bukan di cara kerja atau kualitas—jika semua kondisi sama.
Yang lebih penting adalah bagaimana kamu pakai format tersebut—apakah untuk foto yang akan banyak dibagikan, atau untuk karya desain yang memerlukan presisi tinggi.
Jadi daripada bingung soal nama extensi, mending fokus ke pengaturan kualitas, kebutuhan penggunaan, dan menyimpan salinan master yang bagus.




