Pernahkah kamu mendengar nama-nama seperti Nexian, Mito, atau Smartfren Andromax? Dulu, mereka sempat menjadi pilihan utama bagi banyak pengguna ponsel di Indonesia.
Namun, seiring berjalannya waktu, nama-nama tersebut kini nyaris tak terdengar lagi di pasar smartphone Tanah Air. Pada era kejayaannya, merek-merek seperti Sony Ericsson dan BlackBerry pernah mendominasi pasar dengan fitur-fitur canggih dan desain yang menarik.
Namun, seiring dengan munculnya pesaing baru yang menawarkan teknologi lebih mutakhir dan harga yang lebih bersaing, merek-merek tersebut perlahan kehilangan pangsa pasarnya.
Dalam artikel ini, kita akan mengulas sepuluh merek ponsel yang pernah hadir dan populer di Indonesia, namun kini sudah tidak lagi terlihat di pasaran. Penasaran apa aja? Yuk kita simak!
Merek HP yang Pernah Laris di Indonesia
Industri ponsel di Indonesia pernah diramaikan oleh berbagai merek yang kini sudah tidak terdengar lagi. Beberapa merek tersebut sempat menjadi pilihan utama bagi konsumen karena harga terjangkau, fitur menarik, dan strategi pemasaran yang efektif.
Namun, seiring berjalannya waktu, persaingan yang semakin ketat dan perubahan tren teknologi membuat merek-merek ini kesulitan bertahan. Dalam bagian ini, kita akan mengulas sepuluh merek ponsel yang pernah berjaya di Indonesia namun kini sudah tidak ada lagi di pasaran.
Nexian

Nexian adalah salah satu merek ponsel lokal yang sempat mencuri perhatian di Indonesia pada akhir 2000-an. Didirikan pada tahun 2006 oleh Martono Jayakusuma, Nexian berhasil memproduksi 100.000 ponsel dalam waktu enam bulan pertama operasionalnya.
Merek ini dikenal dengan ponsel dual SIM dan desain QWERTY yang menarik bagi kalangan muda dan pekerja. Namun, persaingan ketat dengan merek internasional dan kurangnya inovasi membuat Nexian kesulitan bertahan.
Pada tahun 2011, Nexian diakuisisi oleh Spice Group dari India, namun eksistensinya di pasar Indonesia semakin meredup hingga akhirnya menghilang.
Smartfren Andromax

Smartfren Andromax adalah lini ponsel yang dirilis oleh Smartfren, operator telekomunikasi Indonesia yang dikenal dengan jaringan CDMA-nya. Andromax menawarkan ponsel dengan harga terjangkau dan fitur yang cukup lengkap, seperti dukungan 4G LTE dan sistem operasi Android.
Namun, dengan beralihnya Smartfren ke jaringan 4G LTE dan penghentian layanan CDMA, Andromax pun ikut ditinggalkan. Pada tahun 2016, Esia, yang merupakan anak perusahaan Bakrie Telecom, dihentikan operasionalnya dan digabungkan dengan Smartfren.
Mito

Mito adalah merek ponsel lokal yang dikenal dengan harga terjangkau dan fitur yang cukup lengkap. Pada tahun 2014, Mito membuka pabrik di Tangerang dengan kapasitas produksi 100.000 unit per bulan.
Merek ini juga menjadi salah satu mitra Google dalam program Android One di Indonesia. Namun, dengan munculnya merek internasional yang menawarkan harga bersaing dan kualitas lebih baik, Mito kesulitan mempertahankan pangsa pasarnya.
Saat ini, Mito lebih fokus pada produk elektronik lainnya dan tidak lagi aktif di pasar ponsel.
Sony Ericsson

Sony Ericsson adalah hasil kolaborasi antara Sony dan Ericsson yang dimulai pada tahun 2001. Merek ini dikenal dengan ponsel berkualitas tinggi dan desain elegan.
Di Indonesia, Sony Ericsson sempat menjadi pesaing utama Nokia dengan produk-produk seperti seri Walkman dan Cyber-shot. Namun, pada tahun 2012, Sony membeli saham Ericsson dan mengubah nama perusahaan menjadi Sony Mobile.
Perubahan ini membuat merek Sony Ericsson menghilang dari pasar, meskipun produk-produk Sony Mobile masih tersedia di Indonesia.
BlackBerry

BlackBerry adalah merek ponsel asal Kanada yang terkenal dengan keyboard fisik dan sistem operasi yang aman, menjadikannya pilihan utama bagi kalangan profesional. Di Indonesia, BlackBerry sempat mendominasi pasar ponsel pintar dengan aplikasi BBM yang populer.
Namun, dengan munculnya iPhone dan Android, BlackBerry kesulitan bersaing. Pada tahun 2016, BlackBerry mengakhiri produksi ponsel dan beralih fokus ke software dan layanan. Meski demikian, aplikasi BBM sempat bertahan di Indonesia hingga akhirnya dihentikan pada tahun 2019.
Esia

Esia adalah merek ponsel lokal yang dikenal dengan harga murah dan layanan berbasis CDMA. Sebagai anak perusahaan Bakrie Telecom, Esia berhasil menarik perhatian banyak pengguna dengan layanan SMS berbasis karakter dan ponsel yang terjangkau.
Namun, dengan beralihnya teknologi ke 4G LTE dan penghentian layanan CDMA, Esia kesulitan bertahan. Pada tahun 2016, Esia dihentikan operasionalnya dan digabungkan dengan Smartfren.
Siemens

Siemens adalah perusahaan teknologi asal Jerman yang pernah memproduksi ponsel di Indonesia. Merek ini dikenal dengan produk berkualitas tinggi dan inovasi teknologi.
Namun, dengan kurangnya model baru dan fokus yang lebih pada pasar Eropa, Siemens kesulitan bersaing di pasar Indonesia. Pada akhirnya, Siemens menghentikan produksi ponselnya dan keluar dari pasar Indonesia.
Meizu

Meizu adalah merek ponsel asal Tiongkok yang sempat hadir di Indonesia pada tahun 2013 hingga 2015. Merek ini menawarkan ponsel dengan desain menarik dan spesifikasi kompetitif.
Namun, dengan banyaknya pesaing seperti Xiaomi dan Asus yang menawarkan harga lebih bersaing, Meizu kesulitan menarik perhatian konsumen. Pada akhirnya, Meizu memutuskan untuk keluar dari pasar Indonesia dan fokus pada pasar lainnya.
Himax

Himax adalah merek ponsel lokal yang dikenal dengan desain tipis dan harga terjangkau. Merek ini sempat menarik perhatian konsumen dengan fitur-fitur menarik dan harga yang bersaing.
Namun, dengan munculnya merek internasional yang menawarkan kualitas lebih baik dan inovasi terbaru, Himax kesulitan bersaing. Saat ini, Himax lebih fokus pada produk elektronik lainnya dan tidak lagi aktif di pasar ponsel.
HTC

HTC adalah perusahaan asal Taiwan yang dikenal sebagai pelopor ponsel berbasis Android. Merek ini pernah meraih kesuksesan dengan produk-produk inovatif dan desain premium.
Namun, dengan munculnya pesaing seperti Samsung dan Xiaomi yang menawarkan harga lebih bersaing dan fitur lebih lengkap, HTC kesulitan mempertahankan pangsa pasarnya. Pada tahun 2019, HTC Indonesia resmi dibubarkan, menandai berakhirnya perjalanan merek ini di pasar ponsel Indonesia.
Nexian
Kesimpulan
Perjalanan merek-merek ponsel di Indonesia menunjukkan betapa dinamisnya industri ini. Merek yang dulu berjaya bisa saja tenggelam jika tidak mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi dan kebutuhan konsumen.
Inovasi, kualitas, dan strategi pemasaran yang tepat menjadi kunci utama bagi kelangsungan hidup sebuah merek di pasar yang sangat kompetitif ini.